Mungkin
karena jiwa masih lelah
apa yang harus aku tuangkan
dalam selembar itu?
sedangkan aku bisa menulis
pena . . .jangan jauh dariku
mendekatlah dihimpitan
jemari telunjuk
kefakuman berfikirku
semayamlah disaku
itu tempat pelepas lelahmu
pena. . .
mengertilah
jangan kau terus
protes-protes
karena ini
jangan berfikir kalau tintamu
tak bisa dipakai lagi
tintamu tidak akan
habis
walau air laut
bergugat
untuk mengisikan
tintamu kedalamnya
menggntikan air garam itu
selama mata dapat menangakap
cahaya
selama jantung berdegup
karena guyuran darah yang
berarus
selama jiwa masih
berkalung sukma
cerita pasti tak akan
hancur luluh lantah
dari terpaan ombak
sang durjana
Blog ini sebagian goresan tentang kehidupan baik dikala hitam maupun putih. semoga menjadi manfaat bagi diri sendiri dan berguna untuk orang lain
Rabu, 19 Desember 2012
Jumat, 07 Desember 2012
Wajahnya daripada Wajahmu
sampai kapan kan Kau
biarkan wajahmu?
Sedangkan kau
mengindahkan wajahnya
Kau tak menghiraukan
permandian debu Yang
menghiasi
itu . . .
Apa kau tak malu dengan
bedak-bedak planing
yang sudah kau rancang serius sejak itu
yang sudah kau rancang serius sejak itu
Bahkan dengan syaksi
ilahi
kan kau penuhi dalam pengesahan
kan kau penuhi dalam pengesahan
tentang wajahmu
Apa kau tak ingat itu
semua
atau kau berdandan lupa
akan itu?
atau kau berdandan lupa
akan itu?
Ataukah memang kan kau
biarkan
wajahmu kusam sampai mengeriput
wajahmu kusam sampai mengeriput
mati
tanpa bukti yang akan disaksikan
saudara-saudaramu?
tanpa bukti yang akan disaksikan
saudara-saudaramu?
Mungkin
saudara-saudaramu
kan meneteskan air mata prihatin
ketika merawat wajahmu yang mulai
kan meneteskan air mata prihatin
ketika merawat wajahmu yang mulai
Mati . . .
Rabu, 05 Desember 2012
ENGKAU DERMAWAN, AKU PENGEMIS
Tangisku membuatdinding-dinding retak
menguak degupan sudimu
engkau selalu berjalan menyusuri
menguak degupan sudimu
engkau selalu berjalan menyusuri
sampai pun tersungkur
demi mengibarkan bendera
kasih sayang engkau
Agar aku tersenyum
agar aku bisa berjalan
agar aku, agar aku
bisa meraih tahta
dari apa yang engkau
harapkan
Engkau tak memandang
itu gelap
engkau tak memandang
itu panas
engkau tak memandang
itu sakit yang kau rasakan
engkau hanya memandang
kalau itu aku dibalik rintang
yang akan selalu engkau timang
Balasku untuk engkau
hanya bervolum setitik hitam
kuku engkau, , ,
tanpa kusadari
terkadang ku masih sering
banting daun pintu
jikalau ku kesal
engkau
Tetapi engkau selalu tersenyum
dan tulus . . .
mengikatkan kedua tanganmu
melilit ketubuh ini.
Sesal salahku, , ,
trima kasihku, , ,
dalam batinku
hanya untuk engkau
demi mengibarkan bendera
kasih sayang engkau
Agar aku tersenyum
agar aku bisa berjalan
agar aku, agar aku
bisa meraih tahta
dari apa yang engkau
harapkan
Engkau tak memandang
itu gelap
engkau tak memandang
itu panas
engkau tak memandang
itu sakit yang kau rasakan
engkau hanya memandang
kalau itu aku dibalik rintang
yang akan selalu engkau timang
Balasku untuk engkau
hanya bervolum setitik hitam
kuku engkau, , ,
tanpa kusadari
terkadang ku masih sering
banting daun pintu
jikalau ku kesal
engkau
Tetapi engkau selalu tersenyum
dan tulus . . .
mengikatkan kedua tanganmu
melilit ketubuh ini.
Sesal salahku, , ,
trima kasihku, , ,
dalam batinku
hanya untuk engkau
Rabu, 28 November 2012
Senja Itu
Diatas air yang mengalir
aku goreskan pucuk pena
tuk ungkap serangkai kata
terbukukan cerita
namun seakan jemari gecar
kerup pun terdengar
karena gumaman bibir
yang menahan setitik dari pelupuk
bermula melinang
mungkin kerunyut dahi ini
berusaha memotivasiku
untuk berangan lapang
tuk meninggalkan cerita-cerita itu
meratap jejak bukan bearati
berandai sesal dan menggebah
deraian yang melipat putaran waktu
tetapi tiada lain
hanya mengambil titik cahaya hitam
tuk dileburkan dengan gencaran
cahaya yang adil kurasakan
aku goreskan pucuk pena
tuk ungkap serangkai kata
terbukukan cerita
namun seakan jemari gecar
kerup pun terdengar
karena gumaman bibir
yang menahan setitik dari pelupuk
bermula melinang
mungkin kerunyut dahi ini
berusaha memotivasiku
untuk berangan lapang
tuk meninggalkan cerita-cerita itu
meratap jejak bukan bearati
berandai sesal dan menggebah
deraian yang melipat putaran waktu
tetapi tiada lain
hanya mengambil titik cahaya hitam
tuk dileburkan dengan gencaran
cahaya yang adil kurasakan
Senin, 26 November 2012
Pengakuan Kumbang
Sehingga nampak hitam si tikus-tikus memandangmu
Untukmu hanya Rasa abai dari tikus-tikus itu
Merabas deras dari kedipan pelupukmu
Tetapi kau selalu membebat cemoohan
Dengan nyanyian-nyanyian kritikmu
“Normal bagikuHalal bagiku
Dari pada si tikus-tikus itu
Duduk berdasi
Berdampak mengoyak-oyak ekonomi
koleksi koin-koinku
tak memiikir tentangku”
Kau selalu berjalan menyusuri bentangan
Demi koin-koin yang kau anggap madu
Rabu, 14 November 2012
Sebuah Arti
tersungkur karena tafakurku
muhasabahku yang mengukir
makna penyesalan yang telah
berjejak menguasai
relung-relung yang telah lalu
bintang yang lama
tak bercahaya berikhtiar
dan bersaksi kepada luasnya
cakrawala hitam ini
untuk bergegas
muhasabahku yang mengukir
makna penyesalan yang telah
berjejak menguasai
relung-relung yang telah lalu
bintang yang lama
tak bercahaya berikhtiar
dan bersaksi kepada luasnya
cakrawala hitam ini
untuk bergegas
Langganan:
Postingan (Atom)