Rabu, 19 Desember 2012

"KELUH PENA"

Mungkin
karena jiwa masih lelah
apa yang harus aku tuangkan
dalam selembar itu?
sedangkan aku bisa menulis

pena . . .
jangan jauh dariku
mendekatlah dihimpitan
jemari telunjuk
kefakuman berfikirku
semayamlah disaku
itu tempat pelepas lelahmu

pena. . .
mengertilah
jangan kau terus
protes-protes
karena ini
jangan berfikir kalau tintamu
tak bisa dipakai lagi
tintamu tidak akan
habis

walau air laut
bergugat
untuk mengisikan
tintamu kedalamnya
menggntikan air garam itu
selama mata dapat menangakap
cahaya
selama jantung berdegup
karena guyuran darah yang
berarus
selama jiwa masih
berkalung sukma

cerita pasti tak akan
hancur luluh lantah
dari terpaan ombak
sang durjana

 

Jumat, 07 Desember 2012

Wajahnya daripada Wajahmu


sampai kapan kan Kau biarkan wajahmu?
Sedangkan kau mengindahkan wajahnya
Kau tak menghiraukan
permandian debu Yang menghiasi
itu . . .

Apa kau tak malu dengan
bedak-bedak planing
yang sudah kau rancang serius sejak itu
Bahkan dengan syaksi ilahi
kan kau penuhi dalam pengesahan
tentang wajahmu

Apa kau tak ingat itu semua
atau kau berdandan lupa
akan itu?
Ataukah memang kan kau biarkan
wajahmu kusam sampai mengeriput
mati
tanpa bukti yang akan disaksikan
saudara-saudaramu?

Mungkin saudara-saudaramu
kan meneteskan air mata prihatin
ketika merawat wajahmu yang mulai
Mati . . .


Rabu, 05 Desember 2012

ENGKAU DERMAWAN, AKU PENGEMIS


Tangisku membuatdinding-dinding retak
menguak degupan sudimu
engkau selalu berjalan menyusuri
sampai pun tersungkur
demi mengibarkan bendera
kasih sayang engkau

Agar aku tersenyum
agar aku bisa berjalan
agar aku, agar aku
bisa meraih tahta
dari apa yang engkau
harapkan

Engkau tak memandang
itu gelap
engkau tak memandang
itu panas
engkau tak memandang
itu sakit yang kau rasakan
engkau hanya memandang
kalau itu aku dibalik rintang
yang akan selalu engkau timang

Balasku untuk engkau
hanya bervolum setitik hitam
kuku engkau, , ,
tanpa kusadari
terkadang ku masih sering
banting daun pintu
jikalau ku kesal
engkau

Tetapi engkau selalu tersenyum
dan tulus . . .
mengikatkan kedua tanganmu
melilit ketubuh ini.

Sesal salahku, , ,
trima kasihku, , ,
dalam batinku
hanya untuk engkau

Foto: ENGKAU DERMAWAN, AKU PENGEMIS

tangisku membuat
dinding-dinding retak
menguak degupan sudimu
engkau selalu berjalan menyusuri
sampai pun tersungkur
demi mengibarkan bendera
kasih sayang engkau 

agar aku tersenyum
agar aku bisa berjalan
agar aku, agar aku
bisa meraih tahta
dari apa yang engkau 
harapkan

engkau tak memandang
itu gelap
engkau tak memandang
itu panas
engkau tak memandang
itu sakit yang kau rasakan
engkau hanya memandang
kalau itu aku dibalik rintang
yang akan selalu engkau timang

balasku untuk engkau
hanya bervolum setitik hitam
kuku engkau, , ,
tanpa kusadari
terkadang ku masih sering
banting daun pintu
jikalau ku kesal
engkau

tapi engkau selalu tersenyum
dan tulus . . .
mengikatkan kedua tanganmu
melilit ketubuh ini.

sesal salahku, , ,
trima kasihku, , ,
dalam batinku
hanya untuk engkau

Rabu, 28 November 2012

Senja Itu

Diatas air yang mengalir
aku goreskan pucuk pena 
tuk ungkap serangkai kata
terbukukan cerita

 namun seakan jemari gecar
 kerup pun terdengar
 karena gumaman bibir
 yang menahan setitik dari pelupuk
 bermula melinang

mungkin kerunyut dahi ini
berusaha memotivasiku
untuk berangan lapang
tuk meninggalkan cerita-cerita itu

meratap jejak bukan bearati
berandai sesal dan menggebah
deraian yang melipat putaran waktu
tetapi tiada lain
hanya mengambil titik cahaya hitam
tuk dileburkan dengan gencaran
cahaya yang adil kurasakan






Senin, 26 November 2012

Pengakuan Kumbang


Warna hitam yang menjadi ciri khasmu
Sehingga nampak hitam si tikus-tikus memandangmu

Untukmu hanya Rasa abai dari tikus-tikus itu
Merabas deras dari kedipan pelupukmu
Tetapi kau selalu membebat cemoohan

Dengan nyanyian-nyanyian kritikmu
“Normal bagikuHalal bagiku
Dari pada si tikus-tikus itu
Duduk berdasi
Berdampak mengoyak-oyak ekonomi
koleksi koin-koinku
tak memiikir tentangku”

Kau selalu berjalan menyusuri bentangan
Demi koin-koin yang kau anggap madu


Rabu, 14 November 2012

Sebuah Arti

tersungkur karena tafakurku
muhasabahku yang mengukir
makna penyesalan yang telah
berjejak menguasai

relung-relung yang telah lalu
bintang yang lama
tak bercahaya berikhtiar
dan bersaksi kepada luasnya
cakrawala hitam ini

untuk bergegas
berbenah menyempurnakan
puingan-puingan kelam itu